Traveler's most hated sentences: “Mau jalan-jalan ya? Jangan lupa oleh-oleh …”
Kalimat yang sering kita dengar dari orang-orang sekitar, ketika mereka mengetahui rencana kita untuk bepergian. Here’s a thought, or two. Kita tidak pernah mengetahui darimana asalnya tradisi ini. Rasanya budaya ini tidak dikenal di luar negeri. Ada pendapat bahwa membawa oleh-oleh, atau souvenir, atau ‘buah tangan’ (whatever that shit means) adalah penanda bahwa saat bersenang-senang pun kita tetap ingat pada teman atau sahabat, dan ‘ingat’ disini diekspresikan dengan membelikan sesuatu.
0 Comments
Dulu kala, pergi jalan-jalan adalah kegiatan berpacu dengan waktu. Selalu ada perasaan tidak mau rugi, jangan buang-buang waktu di tempat tujuan. Contohnya ke Bali, pergi naik pesawat paling subuh (dan karena dulu tinggal di Bandung dan belum ada penerbangan langsung ke Bali, saya berangkat ke Jakarta tengah malam). Begitu tiba di Bali langsung ke hotel, titip koper, lalu keluyuran sampai sore, balik ke hotel, check in, mandi, untuk kemudian pergi lagi sampai tengah malam. The energy of the youth.
Sekarang boro-boro. Hanya 4 menit naik subway dari Myeongdong - dengan segala hiruk pikuknya - kita bisa tiba di Dongdaemun Design Plaza (DDP). Saat matahari terbenam dan tidak ada acara khusus (tempat ini mencakup museum, exhibition hall, pasar seni, taman publik), DDP adalah oasis untuk menikmati sejenak hening. DPP dibangun tahun 2009 dan baru selesai 2014, masterpiece karya Zaha Hadid, arsitek kenamaan dunia kelahiran Irak yang baru saja wafat bulan Maret 2016 lalu). Bangunan ini adalah struktur tanpa bentuk (irregular structure) terbesar di dunia. Tidak ada satu pun tembok atau garis lurus di sini. Saat matahari terbenam, panel-panel alumunium secara random memancarkan cahaya lampu kebiru-biruan. Warna metalik alumunium dan abu-abu beton membuat kita membayangkan menjadi tamu istimewa di sebuah pesawat angkasa luar. If you’re happen to be in Seoul, go there and let your mind wander. Walter adalah host Airbnb di Osaka. Ayahnya orang Jepang, ibunya Brazilian. Ayumi adalah housemate-nya, gadis Jepang yang baru pulang merantau dari Australia bekerja di perkebunan paprika. Selama 3 hari di Osaka, setiap malam saya ngobrol bersama mereka sampai jam 11 – 12 malam. Obrolan malam hari ini lebih menarik dibandingkan melihat lampu-lampu di shopping area Dotonburi yang menyilaukan seperti orang yang habis menenggak ramuan magic mushroom, salah satu topik yang kami perbincangkan.
|
Archives
December 2018
Categories
All
all photographs &/ videos taken by myself unless otherwise stated.
|