Salah satu kawasan terbaik untuk jalan-jalan tak tentu arah dan tersesat – lebih tepatnya tidak mungkin tersesat – adalah Manhattan.
Manhattan, satu dari 5 borough (saya tidak menemukan padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia, mungkin kotamadya?) di New York City. 4 lainnya adalah Brooklyn, Queens, Staten Island, dan The Bronx. Masing-masing borough berbeda karakter, dan di setiap borough pun, jalan kaki beberapa blok saja atmosfir neighborhood-nya bisa berbeda. Penduduk di setiap borough sangat bangga dengan tempat tinggalnya. Dan kadang saling cela. Orang Brooklyn bilang, “Orang-orang yang kamu temui di Manhattan itu, semua justru tinggalnya di Brooklyn. Because Brooklyn is the best.” Di Brooklyn - yang cuma dipisahkan jembatan sepanjang 1.5 kilometer dengan Manhattan - banyak toko-toko pakaian yang dengan bangga mencantumkan label ‘made in Brooklyn’. Ketika ditanya bermalam dimana, saya pikir cukup menyebutkan Manhattan, tetapi Newyorkers sejati lebih suka menyebut neighborhoodnya, The Heights, Lower East Side, Upper West Side, Chelsea, Mid Town, Hell’s Kitchen…. Masuk akal juga sih sebenarnya, kita pun akan menjawab ‘di Kedoya’ dan bukan di ‘Jakarta Barat’. Masalahnya antara Chelsea dan Mid Town itu paling jaraknya 400 meter.
1 Comment
Petra, Jordania. The Siq/Siqit adalah celah retakan bukit batu menuju The Treasury/Al Khazneh. Lorong ini panjangnya sekitar 1.2 kilometer dengan lebar bervariasi mulai dari 3 - 12 meter. Karena ketinggian bukit batunya sendiri sepanjang 1.2 kilometer tersebut tidak rata, ada bagian-bagian dimana sinar matahari masih bisa menerobos, tapi ada pula bagian dengan ketinggian sampai 80 meter, dan sinar matahari pun tidak mampu mengintip.
Wave Rock, di sebuah kota kecil Hyden di Australia Barat adalah salah satu struktur batu tertua di dunia, berumur lebih dari 2.7 juta tahun. Jika bisa berbicara mungkin dia akan bercerita tentang Dinosaurus, atau tentang ketekunan & kesabaran.
Pada awalnya, batu ini tidak berbentuk seperti ombak menggulung. Lekukan yang membentuknya seperti yang kita lihat sekarang adalah hasil erosi air hujan dan partikel debu dari gumuk pasir (sand dunes) yang ada di kawasan. Di kawasan gersang ini, air hujan sesekali meng’amplas’, dan debu halus - dengan bantuan angin - konsisten menabrak batu tersebut. Butir demi butir air dan debu, selama jutaan tahun, akhirnya menciptakan ombak dari batu. Reaksi kimiawi antara air hujan & mineral bebatuan menghasilkan polesan akhir warna-warni wave rock. |
Archives
December 2018
Categories
All
all photographs &/ videos taken by myself unless otherwise stated.
|