lonesome wanderer
  • HOME
  • BLOG
  • GALLERY
  • CONTACT
  • ENJOY IRAN SPECIAL SECTION

LONESOME WANDERER

NH

3/6/2017

3 Comments

 
Namanya NH, perempuan karir Singaporean Indian yang tiba-tiba jadi teman saya jalan-jalan di Mount Titlis, Swiss. Dia jalan-jalan sendirian ke Swiss setelah menyelesaikan business trip di Barcelona.

​4 jam yang absurd....

Read More
3 Comments

Zurich Train Station

28/5/2017

4 Comments

 
Stasiun kereta utama di Zurich adalah sebuah ruang publik yang sangat ramah.  Bangunan luas beratap tinggi, sangat terbuka (minim pintu). Semua orang bisa masuk dari segala arah, tanpa penjagaan berlebih, walaupun tetap ada polisi-polisi yang berpatroli di segala sudut dengan ramah sambil menyeruput kopi.

Saking terbukanya, sampai belasan meter masuk ke 'dalam' stasiun, masih ditemukan tempat sampah berasbak, pejalan masih bisa merokok.  Hal ini tidak pernah  ditemukan di stasiun kereta di kota lain di Eropa. 


Selama beberapa hari di sana, hampir tiap malam ada panggung hiburan di dalam stasiun, dengan acara musik yang disponsori - tampaknya - oleh satu produk atau radio tertentu.  Remaja-remaja Zurich nongkrong di stasiun dengan nyaman dan aman.
Picture
Picture
Di depan pintu masuk utama, patung Alfred Escher berdiri megah, tertempa sinar kuning keemasan dari lampu yang menyorot seluruh fasad stasiun setiap senja. Escher adalah tokoh yang sangat dihormati, dianggap sebagai pembuka jalan yang membawa Swiss ke era modern, seperti Lee Kuan Yew di Singapura.  Ia adalah co-founder penggagas jalur kereta api, pendiri institut politeknik, dan juga pendiri Credit Suisse, sebuah bank yang seratus tahun berikutnya akan menggurita di seluruh dunia. 
Picture
Lokasi stasiun kereta Zurich tepat berada di pusat kota.  5 menit berjalan lurus dari patung Escher, kita akan sampai ke sungai Limmat dan kawasan kota tua Zurich.  Berjalan ke kanan dari patung Escher adalah Bahnhofstrasse, pusat niaga kota Zurich.  Penggila jam tangan buatan Swiss bisa menemukan segala macam merek, mulai dari Swatch seharga USD 50 sampai Omega dan Rolex seharga rumah mewah.  
Picture
Sungai Limmat dan kawasan kota tua.
Picture
Lorong-lorong di kawasan kota tua.
Picture
Andaliman yang saya temui di sebuah toko di kawasan kota tua.
Picture
Alun-alun kota tua.
Picture
Grossmunster. Gereja yang menjadi salah satu ikon di Zurich.
Kawasan kota tua Zurich hanya berada di sepanjang sungai. Hal yang sebenarnya tipikal, karena jejak peradaban dan awal mula orang-orang jaman dulu menetap di suatu tempat biasanya selalu di sekitar sumber air.  

Semakin menjauh dari sungai, kota Zurich berubah semakin modern.  Langstrasse - yang kalau di peta berada di 'belakang' menjauh dari stasiun Zurich adalah salah satu kawasan modern dipenuhi restoran dan bar yang populer bagi penduduk lokal. Di kawasan ini segala ada, mulai dari restoran jepang, kedai kebab, sex shop, sampai prostitusi.  Airbnb host saya bilang, "semakin jauh kamu menyusuri Langstrasse, semakin kamu akan mengetahui Zurich asli yang tidak kamu temukan di brosur-brosur wisata".  (Bukan berarti tidak aman atau harus dihindari.  Ini hanya pembuktian bahwa di kota mana pun, pasti ada 'skeleton in the closet').
Picture
Apple Store. Jam 11 malam.
Picture
Jalur tram. Zurich tidak memiliki transportasi umum kereta bawah tanah.
Picture
Zurich Tram.
Di malam hari yang sepi (aktivitas bisnis dan pertokoan kebanyakan tutup jam 8 malam), tram Zurich dengan pencahayaannya yang sangat terang menjadi pusat sinar di jalan. Kapsul cahaya yang melaju cepat. 

Zurich adalah kota yang nyaman, aman, dan mahal.  3 hari saja lebih dari cukup untuk menjelajahi isinya.  Saya sendiri menjadikan Zurich sebagai base untuk menjelajahi Swiss.  Setiap pagi saya berangkat ke stasiun bis Shilquai untuk melakukan daytrip ke kota & kawasan lain seperti Lucerne, Engelberg, Rapperswil, Gunung Titlis, untuk melihat dan mengalami Swiss 'seperti di brosur wisata'.

Cerita lain nanti. 
4 Comments

Notting Hill

28/3/2017

1 Comment

 
Kawasan residensial elit tidak jauh dari Kensington, dengan townhouses dari era Victoria yang paling tinggi 3 tingkat, dan di beberapa ruas malah hanya landed house. Di salah satu kota global dunia yang dipenuhi apartemen menjulang, masih ada kawasan – di tengah kota – yang isinya hanya rumah tapak dengan taman depan. Terbayang ini pasti daerah mahal.  Notting Hill mungkin seperti kawasan Kemang di tahun 2000-an, sebelum banjir dan macet.
 
Salah satu ruas jalan adalah Portobello Road (kadang disebut Portobello Market). Kawasan komersial ini bangunan-bangunannya menyerupai ruko.  Toko-tokonya semua specialty shops, menjual barang antik - seperti misalnya peta kuno yang dijual lembaran - dan etnik.  Turis ‘konvensional’ dengan niat berbelanja barang bermerk tidak datang ke sana. Saya memasuki salah satu toko pernak pernik yang dijaga oleh orang India (entah pemilik atau karyawan), dan yang dijual sangat mirip dengan barang-barang di Legian.  Patung perunggu, keramik, gelang manik-manik.  Banyak toko yang menggelar dagangan di meja di trotoar menunggu disentuh calon pembeli yang lalu lalang. 
 
Portobello market terkenal sebagai tempat Julia Roberts bertemu dengan Hugh Grant, pemilik toko buku Notting Hill.  Di dunia nyata, tidak ada toko buku ini.  Lokasi aslinya sudah berganti dari toko kelontong sampai toko sepatu. Tapi seseorang dengan naluri bisnis tajam membuka toko buku wisata dengan nama Notting Hill.  Untuk membuat pecinta film tidak penasaran. Mungkin. 
 
Saya menghabiskan segelas jus delima seharga 5 poundsterling yang dijual seorang bapak-bapak Turki.  Istri dan anak lelakinya menjadi ‘karyawan’nya dan melayani pembeli.  Mengingatkan saya pada Sultanahmed, old town Istanbul.  Setelah serangan teror di jembatan Westminster 22 Maret 2017, seorang komuter anonim menuliskan ini di whiteboard sebuah tube station:

​“Our city, our diversity, our strength.”

Bhinneka Tunggal Ika sejati. 
1 Comment

Kelas Bisnis & Tolak Angin

30/7/2016

0 Comments

 
Pekerjaan membuat saya cukup sering bepergian dengan pesawat, dan total sejak tahun 2009 sampai saat ini, saya telah mengumpulkan sekitar 80.000 miles Garuda Airline (baik yang diperoleh dari perjalanan yang dibiayai kantor, perjalanan pribadi, dan konversi dari poin kartu kredit).
 
Selalu menggunakan kelas ekonomi, beberapa kali perjalanan domestik saya memperoleh upgrade gratis turun dari langit, mungkin karena pesawatnya penuh dan status membership yang ada membuat saya terpilih untuk dipindahkan ke kelas bisnis.  Lumayanlah.

Read More
0 Comments
<<Previous

    RSS Feed

    Archives

    December 2018
    June 2017
    May 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015

    Categories

    All
    Architecture
    Asia
    Australia
    Europe
    Food
    Journal
    Middle East
    Movies & Music
    New York City
    North America
    People
    Thoughts
    Travel Plan

    all photographs &/ videos taken by myself unless otherwise stated.
all photos  &/ videos are taken by myself unless otherwise stated.
  • HOME
  • BLOG
  • GALLERY
  • CONTACT
  • ENJOY IRAN SPECIAL SECTION