Tourist trap: An establishment, or group of establishments, that has been created or repurposed with the aim of attracting tourists and their money. Tourist traps will typically provide services, entertainment, food, souvenirs and other products for tourists to purchase. Atau dengan kata lain: Tempat yang harus dihindari oleh pejalan. Well, walaupun konotasinya negatif, jangan terlalu idealis dan kaku menghindari tourist trap, karena ada tempat-tempat di dunia ini - yang isinya mungkin 100% turis dan jarang dikunjungi oleh orang lokal - tetapi worth the money. Salah satunya Blue Lagoon di Islandia. Blue Lagoon adalah thermal spa di Grindavik. Walaupun menyatu harmonis dengan alam, Blue Lagoon bukan kolam air panas natural, tapi byproduct atau ‘produk sisa’ dari pembangkit listrik tenaga uap bumi yang berdekatan. Air kolamnya akan terus berganti 2 hari sekali sebagai bagian dari proses pengolahan tenaga listrik. Grindavik terletak di antara Reykjavik (ibu kota Islandia) dan bandara internasional Kevlafik. Karena lebih dekat ke bandara dibandingkan ke kota, banyak turis yang langsung mendatangi Blue Lagoon sesaat setelah tiba, atau sebaliknya sebagai destinasi terakhir sebelum menuju bandara. Oleh Blue Lagoon dan industri pariwisata Islandia yang sangat terintegrasi, hal ini ditanggapi dengan tersedianya ruang penitipan barang yang cukup untuk memuat ratusan koper. Selain itu, paket transportasi antara jemput dari/ke bandara pun selalu memberi pilihan apakah kita mau mampir dulu di Blue Lagoon atau tidak. Di parkiran, puluhan minivan perusahaan travel selalu stand by, kita tinggal menunjukkan booking order dan mereka akan mengantar ke tujuan, apakah itu bandara atau pusat kota. Sangat convenient. Banyak yang bilang berendam di kolam ini bisa segera menghilangkan jet lag, tapi saya memilih satu hari khusus untuk berkunjung, walaupun harus keluar dana tambahan antar jemput ke Grindavik. Tempat ini benar-benar tourist trap sejati. Isinya turis semua dari berbagai bangsa, tiket masuknya mahal (dengan struktur harga yang memaksa kita mengeluarkan uang lebih banyak untuk memperoleh ‘good deal’ karena ‘nanggung’), makan dan minum hanya bisa di lokasi dengan harga yang juga tidak sopan. Tetapi kita dapat mengkompensasinya dengan menikmati fasilitas yang ada sampai seluruh jari mengkerut karena kelamaan di kolam. Ogah rugi. Saking ramainya Blue Lagoon (tapi jangan khawatir, kolam air panas ini sangat besar menampung 9 juta liter air, selalu ada quiet spot untuk menyendiri) website-nya menganjurkan pre-booking supaya dapat menikmati fast track tanpa bergabung dengan antrian mengular seperti masuk wahana di Dufan. Ada beberapa paket yang dapat dipilih. Mulai yang termurah hanya akses ke kolam dan loker untuk menyimpan baju (loker ini beda dengan tempat penitipan koper yang berada di lokasi parkir), sampai paket super komplit yaitu akses ke kolam, free house brand toiletries, penggunaan handuk & celana renang & slipper, voucher spa, serta sparkling wine di restorannya. Saya memilih paket kedua termurah, tidak perlu spa-spa segala, tapi masih memperoleh handuk & celana renang serta 1 minuman di pool bar. Urusan bersih-bersih cukup menggunakan sabun cair dan shampoo komunal saja yang tersedia di ruang bilas. Praktis saya cuma perlu bawa badan. Saat tiba di konter untuk verifikasi booking order, kita akan memperoleh gelang karet water resistant dengan microchip di dalamnya (masing-masing paket memiliki warna berbeda), nomor loker, dan barang-barang sesuai dengan paket yang dipilih. Masuk ke area ruang bilas dan loker yang dibedakan berdasarkan jender, awalnya sempat disorientasi karena areanya besar dengan ratusan loker dan puluhan ruang bilas, loker hanya bisa dibuka tutup menggunakan gelang microchip. Canggih. Setelah beres, saatnya keluar ke area terbuka menuju kolam. Brrrrrr dinginnya, cepat-cepat berendam. Kaki kita menjejak pasir yang sangat halus. Seperti lumpur. Kolam ini dangkal, bagian terdalamnya hanya 1.5 meter. Airnya hangat sekitar 40C, warnanya seperti susu yang dicampur pewarna biru muda, efek dari kandungan silika, algae, dan mineral yang katanya cuma ada disitu. Entahlah. Saya berendam dari jam 10 pagi sampai jam 2 siang, diselingi men-tap gelang untuk memperoleh segelas wine di pool bar, dan berkeliling ke semua sudut. Tersebar di beberapa tempat di kolam, ada kotak dari batu dan centongan untuk mengambil lumpur silika sebagai masker. Pekat uap putih dan warna pucat biru yang menyapu seluruh horizon membuat pemandangan menjadi surealis dan menenangkan. Sempat ketiduran di sebuah area sepi landai dimana saya bisa telentang tapi seluruh badan masih tertutup air hangat. Sebelum pulang, saya makan sushi di food court yang ada di lokasi (kelihatan bedanya, turis pelit makan di food court, turis lavish makan di restorannya). I don’t think I will find any other tourist trap that so satisfying like this. Ever.
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
December 2018
Categories
All
all photographs &/ videos taken by myself unless otherwise stated.
|