Chinese food selalu ada di/kemanapun saya pergi. Karena imigran China tersebar ke seluruh bumi. Tidak seenak chinese food di Indonesia (the best in the world, even better than the food in China itself IMO), tapi ya lumayan dan selalu saya cari dua hari sekali dalam perjalanan. Di negara-negara barat, chinese food bisa ditemui dalam dua bentuk dan establishment, restoran fancy dengan dekor se-china mungkin (kanopi seperti kelenteng, gambar naga, tonal warna merah dan emas, meja bundar besar dengan taplak putih). Yang kedua adalah restoran China sederhana yang menyajikan menu buffet dan a la carte, atau malah khusus hanya untuk take away, tidak menyediakan kursi meja sama sekali. Restoran jenis kedua ini justru banyak diminati oleh penduduk lokal. Layanan sejenis ‘Go-Food’ juga banyak mengantri untuk mengambil pesanan makanan. Inilah makanan-makanan china dalam kotak yang sering kita lihat dipesan oleh Rachel & Ross dalam Friends. Setelah lelah seharian dan hanya mengganjal perut dengan bagel, kopi, pasta, sandwich, menutup hari dengan satisfying real food dengan rasa yang familiar sangatlah menyenangkan. Well, terkadang juga gagal …..
Stasiun kereta Oslo: the worst mie goreng of my life. Kesalahan terbesar, beli mie goreng di sebuah kios yang bukan dimiliki oleh orang China. Mie gorengnya sudah jadi, polos, rasanya hanya gurih, kurang asin, tidak ada rasa manisnya sama sekali, dimasukkan ke box, ditambah dengan potongan grilled chicken tawar yang lebih cocok untuk topping salad, ditimbang, lalu dipanaskan di microwave. Harganya cukup mengagetkan sekitar IDR 160.000. Makan di bangku taman stasiun dan OMG tidak sanggup saya habiskan. Ya, setidak enak itu! Sebuah restoran di Alesund city center: lost in translation. Restoran ‘nasi rames’, makanan jadi yang kita pilih dari etalase. Pesan nasi capcay. Saya menunjuk bawang bombaynya dan minta ekstra (caramelized bawang bombay itu enak sekali. Apalagi yang sudah benar-benar layu dan sedikit gosong). Diantar ke meja: sepiring nasi capcay dengan segunung irisan bawang bombay mentah sebagai topping. Mungkin dari satu bawang bombay utuh. Mau tidak dimakan, gak enak sama ownernya (seorang chinese yang lebih fasih berbahasa norwegia dibanding Inggris). Akhirnya saya mengaduk sebagian besar bawang bombay itu ke dalam kuah capcay panas mengepul, berharap si bawang bombay layu. Tidak terlalu sukses. Kenyang tapi mulut bau. Shit. Perth Business District: eat until you die. Di sebuah food court pada jam makan siang. Orang-orang kantoran mengantri di kios Panda Express. Sama dengan yang ada di food court Jakarta tahun 90-an. Entahlah apakah Panda Express itu franchise business. All you can eat dengan 2 harga yang dibedakan dari ukuran piring. Rasanya enak. Dan ternyata bule-bule berdasi itu juga sama cheapo-nya dengan saya. Pilih piring ukuran kecil, tapi makanan ditumpuk setinggi-tingginya sampai kita harus jalan pelan-pelan ketika mencari meja kosong. Alhasil ketika berhasil sampai meja, nasi dengan sweet and sour chicken, barbequed pork, tumis bokchoy, lumpia goreng - dan entah apa lagi – bersatu padu, gooey, multi rasa. Sudahlah. Sebuah restoran take away di Brooklyn: meh. Pesan nasi dan general tzo chicken. Rasanya oke, tetapi lebih tebal tepungnya dibandingkan daging ayamnya. Porsi terlihat besar. Lama-lama eneg karena kebanyakan makan tepung goreng crispy yang lama-lama lembek tersiram saus. Mirip dengan junk food junk food gak jelas dengan nama keren (tapi tidak bertahan lama) yang sering ada di mall mall Jakarta. Sebuah restoran take away di Edinburgh: may God bless you, owner! The best chinese food yang saya makan di negara barat. Bahkan lebih enak dari chinese food iseng-iseng yang ada di foodcourt-foodcourt di Indonesia. Pemiliknya orang China asli. Made to order, kita pilih ‘base’-nya apakah daging ayam, sapi, babi. Lalu kita pilih sausnya (oyster, soya, sweet and sour, caramel, honey). Isian lain seperti sayuran dan jamur sudah standar diberikan. Sangat enak karena inilah chinese food di restoran sederhana tapi benar-benar mendadak dimasak. Harganya murah pula karena ada di daerah residensial yang sepi dekat dengan airbnb house yang saya tempati. Sayangnya cuma bisa take away. (Saya suka males makan di rumah karena takut host tidak terbiasa dengan wangi - atau bau - makanan asia. Apalagi dia orang Skotlandia totok). Tapi ya kali ini terpaksa. Dan no regret. Sebuah kios di Camden Market, London: Lemon chicken that too lemony. Di Camden Market ada sebuah pasar makanan. Berbagai kios kecil dimiliki oleh imigran menjual makanan khas negaranya masing masing. Chinese, Italian, Mexican, dll. Khusus take away, disajikan dalam kotak aluminium foil dengan garpu plastik, makannya sambil berdiri atau jalan. Selama di London saya sering sekali makan caramelized chicken, dan kali ini saya pilih lemon chicken. Enak, tapi terlalu asam. Wok To Walk di Cardiff: your wish is my command, patron. Mirip dengan di Edinburgh, tapi Wok To Walk ini adalah chain restaurant yang banyak ditemui dimana-mana di UK. Semua chef-nya bertampang China. Walaupun namanya walk, tapi restoran ini juga menyediakan meja dan kursi. Kita pilih base karbohidrat yang utamanya adalah mie (bisa pilih noodle biasa, soba, glass noodle), pasta, atau nasi. Lalu pilih dagingnya (ayam, sapi, babi, udang), pilih sayur, pilih saus, pilih topping (crispy onion atau kacang goreng). Baru kemudian dimasak mendadak. Satu item seharga antara GBP 1 - 3. Total total jadi mahal sih. Untuk dapat mie goreng lengkap dengan 2 daging, 2 sayur tanpa topping saja sudah sekitar GBP 7 belum termasuk minum. Uniknya, di Wok To Walk ini ada pilihan saus bali, dengan deskripsi ‘peanut sauce with sweet soy’. Terbayang kalau memilih base nasi, daging ayam, dan bali sauce, jadinya seperti makanan masa kecil saya, nasi putih dan sate ayam yang dipretelin dari tusuknya lalu diaduk jadi satu…… Phnom Penh Restaurant di Vancouver: Sup ikan batam. Tidak yakin apakah ini benar-benar restoran Kamboja. Menunya fusion mirip chinese food dan thai food. Teman saya memesankan sup ikan yang katanya favorit di sini. Mirip sup ikan batam (atau sup ikan di Belitung?). Potongan ikan & nanas dalam kuah panas. Rasanya segar. Di tengah cuaca dingin - Kanada adalah negara barat pertama yang saya kunjungi, di akhir musim dingin pula - sup ikan ini luar biasa nikmatnya. Makanan-makanan dalam perjalanan jarang terlupakan. Baik enak maupun tidak. Tapi sayangnya saya cari hampir tidak ada fotonya. Saya jarang memfoto makanan karena takut dibilang instagram whore. Note to self: mulai sekarang potret aja. Masa bodo!
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
December 2018
Categories
All
all photographs &/ videos taken by myself unless otherwise stated.
|