Di tengah hawa dingin dan deru angin, bulu tebal di kepala dan ekor kuda Islandia berkibar indah. Kuda Islandia adalah purebred (pemerintah melarang kuda impor masuk ke Islandia). Kuda-kuda tersebut (entah untuk apa fungsinya), dibiarkan berkeliaran di alam bebas di sekitar pertanian. Cuma dipagari kawat tipis yang pasti dengan mudah dihancurkan oleh kekuatan mereka. Bahkan ada yang sama sekali tidak diberi pembatas. Tapi mereka tetap tertib hanya berkeliaran di ‘daerah kekuasaan’nya saja. Kalau mobil atau bis turis berhenti, mereka akan tenang mendekat dengan sinar mata yang ramah dan membiarkan kita membelainya. They're the most beautiful horses I've ever seen. Entah malamnya atau keesokan harinya atau beberapa hari kemudian - sudah lupa - saya jalan-jalan di kawasan residensial Rekyjavik. Di teras sebuah rumah tanpa pagar, seekor kucing duduk tenang memperhatikan orang lalu lalang. Bersih, berbadan gemuk terlihat well fed, bulunya sehat, dengan ekspresi tipikal ‘I-don’t-give-a-damn-about-you-but-don’t-annoy-me’.
Mungkin buat penduduk lokal kucing tersebut tidak ada anehnya - karena katanya bahkan kucing liar pun kalau di negara-negara barat memang gemuk-gemuk - tapi saya jongkok cukup lama hanya untuk memperhatikan dan mengambil foto kucing ganteng atau cantik ini (tidak ketahuan karena posisi duduknya sangat sopan).
0 Comments
Tiba di sebuah pagi yang mendung setelah menempuh perjalanan dua setengah jam naik bis dari Amsterdam. Sorenya di sebuah warung kopi, saya bertemu dan ngobrol dengan waiter yang ternyata anak rantau pekerja keras dari Indonesia, fasih berbahasa Perancis, dengan rambut klimis belah samping sempurna seperti rambut Leonardo DiCaprio (ketika menerima Oscar, bukan seperti dalam film The Revenant).
Kamar tidur adalah salah satu elemen penting ketika jalan-jalan. Karena kalau tidak perlu keluar malam, saya berusaha jam 21.00 sudah meringkuk hangat di ranjang sambil baca travel book, browsing ipad, dan merencanakan aktivitas esok hari. Dan mengembalikan energi yang terkuras hari itu.
Jadi sebisa mungkin kamar tidur harus nyaman. Tidak berarti harus di hotel mewah berbintang terang, tapi – walaupun belum mencoba – rasanya saya pun tidak bakal nyaman tidur di hostel. Yang paling utama bakal jadi masalah adalah kamar mandi komunalnya, karena saya kalau BAB harus lama dan merenung. Not a true backpacker nor one looking for costly luxuries. Jadinya saya biasa tidur di hotel yang gak murah-murah amat gak mahal-mahal amat, dan dua tahun terakhir saya sering tidur di airbnb facilities. Setidaknya bisa menunggu host saya pergi kerja baru saya BAB tanpa terganggu. Ini adalah beberapa kamar tidur yang memorable waktu saya jalan-jalan: Bagian kedua dari dua tulisan, kali ini adalah dokumentasi 3 hari berturut-turut mengejar Aurora.
Hari pertama: Tiba di Islandia, ketika check in resepsionis hotel langsung menyampaikan pesan dari tour company, malam ini tidak ada hunting karena awan tebal. Hari kedua: Cuaca mendung membuat gundah (saya cuma 4 hari disini. Hiks). Tapi sampai jam 21.00 tidak ada pemberitahuan pembatalan dari operator. Kembali bersemangat dan menunggu di lobby bersama banyak tamu hotel yang juga menunggu jemputan dari berbagai tour operator. Jam 21.30 big van saya tiba. |
Archives
December 2018
Categories
All
all photographs &/ videos taken by myself unless otherwise stated.
|