Di London, salah satu tempat yang harus dikunjungi atau - minimal - harus dilewati adalah Buckingham Palace, kediaman resmi Raja/Ratu Inggris. Tapi jangan lupakan Kensington Palace yang saat ini adalah kediaman resmi William & Kate (dan juga Harry), dan dulu adalah rumah Putri Diana & Putri Margaret adik Ratu Elizabeth. Kensington Palace memiliki banyak kelebihan dibanding Buckingham Palace, IMHO.
1 Comment
Ruangannya sederhana, tidak terlalu besar, beratap rendah dengan plafon kotak-kotak seperti yang sering kita lihat di perkantoran (berukuran kecil dengan tekstur bolong-bolong random seperti bekas ditusuk paku payung oleh orang kesurupan. Selalu, setiap kali – kalau melamun memandangi langit-langit ruangan seperti itu – saya bingung. Gak ada bagus-bagusnya.) Saya sedang menunggu wawancara aplikasi visa Amerika Serikat.
“Di Tokyo kemaren nginep dimana?”
“Di daerah Kita Senju.” “Eh, dimana?” Dan kemudian 5 menit bla bla bla menjelaskan apa dan dimana itu Kita Senju, dan kenapa tidak mencari akomodasi di daerah Shibuya atau Shinjuku atau Ginza atau Marounochi. Saya tahu Kita Senju dari calon host airbnb ketika berencana melakukan perjalanan ke Jepang tahun 2015 lalu. Malas rasanya tinggal di area shopping, dan biayanya pun lebih mahal. Saya cuma mencari area yang dekat dengan kereta bawah tanah, tidak terlalu di tengah kota pun tidak apa. Calon (yang akhirnya menjadi) host saya selama di Tokyo bercerita tentang area rumahnya lewat surel. Dan setelah mencari tahu sejarahnya lebih banyak lewat internet, saya lebih tertarik lagi. Dalam blog post mengenai Islandia, saya mendokumentasikan A to Z pengalaman di sana. Dan sekarang saya ingin mengingat kembali jerih payah – dan akhirnya berhasil – memburu Aurora, salah satu fenomena alam yang ingin saya alami sebelum mati.
Aurora Borealis/Northern Light bisa dilihat di area yang dekat dengan kutub utara, sementara yang terlihat di area kutub selatan disebut Aurora Australis/Southern Light. Salah satu negara dengan probabilitas kemunculan Aurora Borealis yang tinggi adalah Islandia, itu pun hanya di musim dingin dengan sinar matahari yang minim, tapi harus cerah tanpa awan. Selain itu, masih ada solar magnetic activity cycle 11 tahunan yang juga berperan penting pada probabilitas tersebut. Dalam satu siklus biasanya terjadi dua kali puncak aktivitas, salah satunya tahun 2014. So there I was, in Iceland, in late winter, in 2014. It sounds perfect. Dan biasanya perfect plan ended badly. Saya bersyukur karena walaupun alam sempat menggoda dengan kekecewaan, tapi akhirnya dia berpihak pada saya. Ini adalah beberapa catatan yang tersimpan, karena ge'er berasa bakal banyak ditanya teman tentang pengalaman di bulan Maret 2014 tersebut: |
Archives
December 2018
Categories
All
all photographs &/ videos taken by myself unless otherwise stated.
|